Jumat, 15 Juni 2007

Lapas Terbuka Cinere : PENJARA TANPA JERUJI BESI



Tak seperti penjara pada umumnya, Lapas Terbuka Gandul daerah di Cinere justru tampak seperti sebuah vila. Pemandangan di sekitarnya terasa sejuk dan asri. Bahkan, penghuni lapas boleh memegang kunci tahanan sendiri.

Selamat Datang di Kampung Asimilasi Gandul, Lapas Terbuka Jakarta" Begitu kalimat yang tertulis di sebuah batu besar di pintu gerbang lapas. Memasuki lapas ini, rasanya tak seperti rumah tahanan pada umumnya. Taman-taman tertata rapi dan apik. Pot-pot berisi pohon jeruk nipis menghiasi bibir sungai kecil yang mengelilingi bangunan.

Lapas Terbuka ini memiliki tiga buah bangunan utama. Bagian terdepan merupakan bangunan dengan dua lantai yang berdiri di atas sebuah kolam ikan. Lantai atas digunakan sebagai ruang administrasi dan kantor Kepala Lapas. Sementara lantai bawah dimanfaatkan sebagai ruang serbaguna.

Di belakang bangunan pertama, tampak sebuah lapangan olah raga. Di sinilah tempat para napi melakukan kegiatan senam pagi tiap Jumat pagi. Sedangkan di bagian belakang lapangan, tampak berjejer kamar-kamar para tahanan. Bangunan fisik lapas yang menempati areal perbukitan, sekilas tampak seperti sebuah rumah peristirahatan. Tak terlihat pagar tinggi maupun jeruji besi yang mengelilingi bangunan lapas.

Lapas yang tak biasa ini diresmikan oleh Menteri Hukum dan HAM, Hamid Awaluddin pada 14 Mei lalu. Selain di Jakarta, Lapas Terbuka juga terdapat di wilayah Kendal, Pasaman, Lombok dan Waikabubak (NTT).



SELEKSI KETAT
Lapas Terbuka ini merupakan sebuah institusi baru dalam lingkungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM. Tempat ini memiliki peran dalam rangka pembinaan tahap lanjut bagi para narapidana. "Pembinaan narapidana biasanya melalui tiga tahap. Tahap awal merupakan masa bagi para narapidana menjalani setengah dari masa hukumannya," ujar Drs. Tholib Bc.IP.SH.MH selaku Kepala Lapas Terbuka Jakarta.

Pembinaan tahap lanjut, biasanya berlangsung setelah napi melewati separuh masa hukuman. Pada tahap ini pembinaan napi juga turut melibatkan unsur masyarakat. Konsep inilah yang dicoba diterapkan di Lapas Terbuka. "Tahap ini disebut tahap asimilasi. Sebelum seorang napi bebas, ia akan diperkenalkan dulu dengan kehidupan masyarakat luar. Tujuannya supaya dia enggak kaget saat ia keluar nanti," tutur Tholib.

Menurut Tholib, para penghuni lapas yang daya tampungnya mencapai 50 orang ini telah melalui seleksi awal yang cukup ketat. Ada banyak kriteria untuk bisa masuk ke LP ini. "Harus berkelakuan baik, lolos seleksi tim Penelitian Kemasyarakatan. Ia juga harus menjalani setengah masa hukumannya," papar Tholib.

Pihak Litmas (Penelitian Kemasyarakatan) akan melakukan survei terhadap napi yang akan direkomendasikan. Selain itu, perlu juga dipastikan apakah keluarga korban atau keluarga napi merasa keberatan dengan kepindahan mereka di Lapas Terbuka.

"Jadi, napi yang ditampung di sini adalah orang-orang yang bisa dipercaya. Syarat lain, di sini tidak ada tempat bagi mereka yang tersangkut kasus narkoba, penipuan, dan terorisme. Alasannya, karena ketiga kasus tersebut dianggap sangat meresahkan masyarakat," papar Tholib.

BAWA KUNCI SENDIRI

Sistem Pengamanan yang diterapkan di Lapas Terbuka juga berbeda dengan lapas-lapas lain pada umumnya. "Kami memakai sistem pengamanan minimum. Maksudnya, di sini enggak ada petugas yang memakai senjata api. Kami selalu menekankan sikap kekeluargaan. Ini membuat hubungan antara petugas dan penghuni lapas lebih dekat," papar Agus Heryanto, SH. MA selaku Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas Terbuka (KPLP).

Para penghuni napi dibebaskan untuk keluar masuk kamar tanpa aturan dan pengawasan ketat. Mereka pun melakukan aktivitas masing-masing secara rutin setiap hari. Bila waktu istirahat tiba, beberapa di antaranya lebih suka menghabiskan waktu di depan pesawat televisi yang terletak di salah satu sudut.

Kendati demikian, para napi tetap diharuskan masuk kamar masing-masing pada waktu yang telah ditentukan. Namun, kamar-kamar itu tak terkunci dari luar seperti halnya gembok penjara. Kunci dipegang sendiri oleh penghuni.

Untuk mengatur ketertiban kehidupan di lapas, Agus menetapkan adanya Kepala Kampung bagi para penghuni. Fungsinya sebagai penghubung antara para napi dan petugas. "Jadi, kalau ada masalah di antara mereka, kepala kampung-lah yang melapor pada petugas," ujar Agus yang tak pernah menjumpai masalah berarti selama menangani keamanan Lapas Terbuka.

DAPAR ORDER MELUKIS
Beragam fasilitas yang tersedia di lapas memang memberikan "kenyamanan" tersendiri bagi para penghuninya. "Di sini mereka diperlakukan secara lebih manusiawi," ujar Tholib.
Ucapan Tholib ini terlihat dari serangkaian aktivitas yang dijalani para napi di lingkungan lapas. Para napi tergabung dalam beberapa Kelompok Kerja (Pokja) perikanan, pertanian, dan ternak unggas. Kegiatan beribadah pun bebas dilakukan. Para napi dapat melakukan ibadah salat Jumat atau pergi ke gereja yang terletak tak jauh dari lapas tanpa pengawasan ketat.

Segi kenyamanan juga terlihat dari penataan kamar para napi. Lapas Gandul memiliki sepuluh buah kamar berdinding batako seluas 4 x 4 meter. Tiap kamar rata-rata dihuni oleh 3-4 orang. Mereka memiliki kebebasan untuk menata kamar masing-masing. Hal ini dapat terlihat di kamar salah satu warga. Ia membawa sejumlah barang elektronik milik pribadi di kamar yang ditempati bersama tiga orang napi lain.

Ia mengaku hidupnya lebih tenang saat dipindah di lapas ini sejak delapan bulan lalu. "Di sini udaranya lebih lega. Enggak membuat tertekan. Penjagaannya juga enggak terlalu ketat seperti di tempat yang dulu," ujarnya.

Hal serupa juga dirasakan oleh Hanafi (40), yang sudah bebas minggu lalu. Selama di lapas ia merasa lebih tenang hingga hobinya melukis bisa tersalurkan dengan baik. Siang itu, Hanafi tampak menggoreskan kuasnya di atas kanvas. Rupanya ia sedang menyelesaikan pesanan lukisan dari salah satu petugas Lapas.

Hanafi berusaha memberikan sentuhan akhir pada lukisannya. "Saya memang hobi melukis. Biasanya dapat order dari petugas yang minta supaya pacar atau keluarganya saya lukis. Hasilnya lumayan juga! Bisa untuk nambah uang buat beli rokok atau jajan," papar Hanafi seraya mengisap batang rokoknya dalam-dalam.

Kendati nyaman, tentu saja mereka tak ingin masuk lapas ini lagi setelah bebas nanti.

http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=9478

0 komentar:

Posting Komentar