Jumat, 13 April 2007

Kondisi Lapas Pemuda Buruk

85% Terjadi Pelanggaran HAM, 49 Orang Meninggal

Tangerang, Kompas - Kondisi lingkungan, termasuk sanitasi, Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang yang buruk ditambah kurangnya sarana kesehatan diperkirakan menjadi salah satu penyebab para penghuninya sakit dan puluhan di antaranya meninggal dunia.

Sepanjang Januari hingga awal April ini, 49 tahanan dan narapidana di lembaga pemasyarakatan (lapas) itu meninggal dunia karena sakit. Pemberitaan tentang banyaknya tahanan/napi yang meninggal membuat Persatuan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Jakarta meminta agar polisi mengusut kematian mereka. Apa yang terjadi, banyaknya tahanan yang meninggal dan over kapasitas merupakan bentuk pelanggaran hak asasi manusia para tahanan dan memperlihatkan ketidakseriusan pemerintah melaksanakan aturan mengenai bagaimana memperlakukan tahanan secara baik. Departemen Kehakiman dan HAM harus bertanggung jawab," kata Ketua Badan Pengurus PBHI Jakarta Dedi Ali Ahmad, Selasa (3/4) di Jakarta. Persoalan utama yang perlu pembenahan secepatnya adalah kekurangan ruang untuk tahanan dan napi berikut sarana kamar mandi dan WC, serta minimnya sarana pengobatan untuk penghuni yang sebagian besar menderita HIV/AIDS.

Kepala Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang Kosod Purwanto mengaku tak bisa berbuat banyak untuk mengatasi keadaan tersebut. "Begitulah keadaan yang ada di sini dan jelas ini menimbulkan kerawanan berupa perkelahian dan penularan penyakit. Kami sudah melaporkan persoalan ini ke atasan. Bahkan, masalah ini sudah dibahas di Jakarta. Jadi, saya menunggu perintah dari atasan," kata Kosod Purwanto yang ditemui di Lapas Pemuda Tangerang pada Selasa kemarin. Ia menyatakan, jalan keluar tercepat dari masalah ini adalah menghentikan titipan tahanan dari Jakarta Barat dan segera menambah fasilitas kamar mandi dan WC.

Kelebihan daya tampung lapas yang ia pimpin membuat suasana menjadi tidak nyaman. Daya tampung 800 penghuni, tetapi sekarang dipenuhi oleh 3.618 tahanan dan napi. "Masih bagus jika mereka tidur hanya adu kaki. Sebagian malah ada yang harus memiringkan badan atau harus tidur di ayunan dari kain sarung karena tak ada lagi tempat untuk istirahat," lanjutnya berterus terang. Sebagai gambaran, sebuah ruang tahanan seluas 1,5 meter x 2,5 meter yang idealnya diisi tiga tahanan kini diisi delapan hingga 10 orang. Sarana kamar mandi dan WC di lapas pemuda itu pun tak banyak, hanya 30 buah dan dibangun di luar ruang tahanan. Tidak heran jika para penghuni lapas harus antre panjang untuk menggunakan sarana tersebut. "Sekarang sudah tidak ada lagi ruang kosong, gudang bahkan balai latihan kerja pun sudah dibuat untuk ruang tahanan tambahan dan itu pun masih kurang," papar Purwanto.

Kondisi yang menyedihkan tersebut juga diungkapkan oleh beberapa tahanan titipan Kejaksaan Negeri Tangerang yang saat ini sedang menjalani persidangan. (TRI)

ditulis KOMPAS CYBER MEDIA 04 April 2007

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/

0 komentar:

Posting Komentar